Total Tayangan Halaman

26/12/11

INFLASI : ANALISIS AGGREGAT DEMAND


Dalam ekonomi mikro, sudah dipelajari bahwa harga jual suatu komoditas ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran. Kenaikan harga barang adalah proses penyesuaian dari gejala terjadinya peningkatan permintaan. Begitu juga sebaliknya dengan penurunan harga. Analogi ini dapat dipakai dalam analisis inflasi. Karena merupakan permintaan dan penawaran agregat, maka dapat dianggap permintaan dan penawaran perekonomian. Sehingga jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan pada kondisi keseimbangan merupakan output keseimbangan atau PDB, umumnya dinotasikan Y. Karena inflasi adalah gejala di tingkat makro, maka permintaan dan penawaran yang dianalisis adalah bersifat agregat (menyeluruh).


       Permintaan Agregat (Aggregate Demand/AD)
Adalah total penerimaan barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama satu periode tertentu. Bentuk kurva AD sama dengan kurva demand bedanya adalah tingkat harga merupakan tingkat harga umum yang biasanya dalam angka indeks. Angka indeks diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan metode pembobotan (weigthed) tertentu.
Jika yang berubah hanya tingkat harga umum, permintaan bergerak di sepanjang kurva (movement along curve). Tetapi jika yang berubah adalah faktor-faktor yang dianggap tetap (ceteris paribus)kurva AD  bergeser (shifting). Faktor-faktor ceteris paribus dalam analisis mikro seperti membaiknya pendapatan per kapita dan bertambahnya jumlah penduduk tetap relevansebagai faktor yang mempengaruhi pergeseran kurva AD. Namun, dalam analisis makro, harus ditambah dua faktor ceteris paribus yang sangat berpengaruh terhadap AD yaitu kebijakan ekonomi yang diambil dari pemerintah yang terdiri dari kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

a)        Pengaruh kebijakan moneter terhadap permintaan agregat
Kebijakan moneter (monetary policy) adalah kebijakan yang bertujuan mengarahkan ekonomi makro ke kondisi yang diinginkan, dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan uang ketat (kebijakan moneter kontraktif) akan mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat. Besar kemungkinan hal ini akan mengurangi daya beli secara agregat. Akibanya kurva AD bergeser ke kiri. Kebalikannya kebikajakan moneter ekspansif akan menambah jumlah uang yang beredar. Hal ini menyebakan kurva AD bergeser ke kanan (shifting).

b)        Pengaruh kebijakan fiskal terhadap permintaan agregat
Kebijakan fiskal kebijakan yang bertujuan mengarahkan ekonomi makro ke kondisi yang diinginkan, dengan mengatur anggaran pemerintah, terutama sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Alat utama kebijakan fiskal adalah pajak dan subsidi. Jika pemerintah menempuh kebijakan anggaran defisit (pengeluaran > penerimaan), maka permintaan AD akan meningkat sebab untuk menempuh kebijakan anggaran defisit, pemerintah harus mengurangi pendapatannyadengan mengurangi pajak atau menambah pengeluaran. Keduanya akan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga kurva AD bergeser ke kanan. Sebaliknya jika pemerintah menempuh kebijakan fiskal surplus.

Tidak ada komentar: