Total Tayangan Halaman

05/04/14

PEMBUKTIAN DAN PENGUJIAN, EVIDENTIAL MATTER.





A.    BUKTI AUDIT

             I.            DEFINISI BUKTI AUDIT
Bukti audit dapat kita artikan sebagai semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Informasi ini beragam tergantung pada tingkat pengaruhnya terhadap keputusan auditor mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti audit mencakup informasi yang tingkat pengaruhnya tinggi seperti hasil perhitungan auditor terhadap persediaan, dan juga informasi yang kurang berpengaruh seperti jawaban dari pertanyaan­pertanyaan yang diajukan auditor kepada auditan
Bukti audit sangat mudah mempengaruhi sifat pekerjaan audit yang tercantum pada standar ketiga pekerjaan lapangan dari standar auditing yang berlaku umum (GAAS). Standar kerja pekerjaan lapangan menyatakan bahwa: Bahan bukti (Evidential Matter) kompoten yang mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi, yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
SAS 31 (AU 326.20), tentang Evidential Matter (Bahan Bukti), menyatakan bahwa “jumlah dan jenis bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat yang diinformasikan merupakan masalah bagi auditor untuk menentukan penggunaan pertimbangan professional setelah melakukan penelitian yang mendalam tentang kondisi pada kasus tertentu”.

          II.            KECUKUPAN BUKTI AUDIT
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam penentuan cukup atau tidaknya jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor, pertimbangan professional auditor memegang peranan yang penting. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:
§  Materialitas dan Risiko
Secara umum ,untuk akun yang material pada laporan keuangan diperlukan bukti yang lebih banyak dibandingkan  untuk akun yang  tidak material. Dengan demikian, dalam mengaudit  sebuah perusahaan manufaktur, maka sifat ,saat, dan luasnya  bukti audit  untuk mendukung tujuan audit  atas  akun persediaan  akan lebih meyakinkan  dibandingkan dengan bukti yang diperlukan untuk tujaun audit  atas akun beban dibayar di muka.
Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan.
§  Faktor Ekonomi
Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang menentukan bahwa kecukupan bakti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya yang memadai. Sehingga, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan  apakah penambahan waktu dan biaya akan memberikan manfaat yang sepadan berupa perolehan bukti  audit yang lebih meyakinkan.Apabila  jumlah dana yang diperiksa ternyata  sesuai dengan jumlah yang dicatat , selanjutnya  auditor daptat  mengandalkan perhitungan  dana  pada dua puluh  dana kas kecil selebihnya pada auditor internal klien.
§  Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi  berkaitan dengan jumlah item yang terdapat dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi  penjualan  dalam jurnlah penjualan .Ukuran pupulasi akuntansi  mendasari banyak item laporan keuangan yang digunakan dalam penarikan  sempel yang diperlukan  untuk mengumpulkan bukti audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan semakin besar pula jumlah bukti  yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai  guna menarik kesimpulan tentang  hal itu.

       III.            KOMPETENSI BUKTI AUDIT
Kompetensi (atau reliabilitas) bukti audit yang mendasari data akuntansi maupun informasi  penguat tercantum dalam aspek standar ketiga pekerjaan lapangan. Reliabilitas catatan akuntansi berkaitan langsung dengan efektifitas struktur pengendalian interen klien. Pengendalian intern yang kuat akan meningkatkan keakuratan dan reliabilitas atau keandalan catatan keuangan, sementara pengendalian interen yang lemah sering kali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kesalahan dan penyimpangan dalam proses akuntansi. Kompetensi informasi penguat bergantung pada banyak faktor. Pertimbangan yang telah diterapkan secara luas dalam auditing adalah:

1.      Relevansi
§  Bukti audit haruslah relevan dengan tujuan audit yang diuji oleh auditor sebelum bukti audit itu dapat diandalkan
§  Relevansi harus pula dilihat dari tujuan auditnya. Bukti yang relevan untuk satu tujuan audit bisa jadi kurang relevan bagi tujuan audit yang lain.
2.      Sumber
Beberapa kondisi yang berkaitan dengan sumber bukti audit akan mempengaruhi kopetensi .SAS 31 (AU 326.19) tentang Evidential Matter,megakui anggapan tentang  pengaruh sumber informasi terhadap kopetensi atau keandalan  bahan bukti  sebagai berikut :
a.     Apabila bukti dapat  diperoleh dari sumber  independen di luar entitas, maka bukti itu  akan memberikan keyakinan  yang lebih besar  atas reliabilitas atau keandalan dibandingkan  dengan informasi yang hanya  diperoleh dalam entitas itu sendiri.
b.    Semakin efektif struktur pengendalian  intren akan semakin memberikan  keyakinan tentang reliabilitas data akuntansi dan laporan keuangan.
c.     Pengetahuan yang diperoleh secara langsung  oleh seorang auditor melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, akan semakin meyakinkan dibandingkan informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
3.      Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit mengacu kepada waktu ketika bukti audit itu dikumpulkan atau periode laporan yang diperiksa. Dalam audit atas laporan keuangan, bukti audit biasanya lebih dapat diandalkan untuk akun­akun neraca ketika bukti tersebut diperoleh pada waktu sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
4.      Objektivitas
Bukti audit yang obyektif lebih dapat diandalkan daripada bukti audit yang membutuhkan penilaian untuk menentukan apakah itu benar atau tidak. Contoh dari bukti yang obyektif adalah konfirmasi piutang dagang dan rekening koran dari bank, penghitungan fisik atas surat berharga dan kas.

       IV.            TIPE BUKTI AUDIT
Menurut Mulyadi (2002), tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua golongan:
a)           Tipe data akuntansi:
o    Pengendalian intern
Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian auditor lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak.
o   Catatan akuntansi
Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.
b)            Tipe informasi penguat:
o   Bukti  fisik  adalah  bukti  audit  yang  diperoleh  dengan  cara  inspeksi  atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas.
o   Bukti  dokumenter  dibuat  dari  kertas  bertuliskan  huruf  dan  atau  angka  atau simbol-simbol  yang lain. Bukti documenter dibagi menjadi tiga yaitu:
-          Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.
-          Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
-          Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
c)            Perhitungan sebagai bukti:
o   Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
o   Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
d)           Pembuktian     ketelitian         perhitungan     biaya    depresiasi dengan cara menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
e)            Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
f)             Bukti lisan adalah jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan. Keterangan  yang  diminta  oleh  auditor  akan  meliputi  masalah-masalah  yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan kemungkinan adanya utang bersyarat.
g)            Perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu   penentuan   objek   audit   yang   memerlukan   penyelidikan   yang mendalam  dan  diperiksa  kembali  pada  akhir  audit  untuk  menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
h)            Bukti dari spesialis.
Beberapa contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
§  Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities).
§  Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kualitas yang tersedia atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau penumpukan bahan baku yang ada di gudang).
§  Penentuan nilai yang diperoleh menggunakan teknik atau metode khusus (misalnya beberapa perhitungan actuarial).
§  Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya atau hak atas property).





Tidak ada komentar: