Total Tayangan Halaman

09/10/14

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN METODOLOGI AKUNTANSI


PENGARUH ETIKA KEPEMIMPINAN
DAN FUNGSI AUDIT INTERNAL
TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PELAPORAN KEUANGAN
(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Semarang)


PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah Metodologi Penelitian
kelas E hari Selasa, pukul 10:00-13.00

Disusun oleh:
Wimala Nisitasari
NIM. 12030111140262

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
                                                                          2013                           







 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar belakang
            Laporan keuangan pada perusahaan sangat dibutuhkan oleh pihak internal dan pihak eksternal untuk pengambilan keputusan. Menurut PSAK (2004) pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Dengan demikian pelaporan keuangan harus dapat menyajikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, menyajikan informasi mengenai prestasi perusahaan dalam satu periode, dan menyediakan informasi-informasi yang dapat membantu pihak yang membutuhkan laporan keuangan agar mereka dapat mengambil keputusan.
                Manfaat penting laporan keuangan tersebut mengharuskan manajer akuntansi harus ekstra hati-hati dalam membuat keputusan pelaporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan terdapat banyak keputusan akuntansi yang melibatkan ketidakpastiaan. Prinsip kehati-hatian dalam membuat dan melaporkan laporan keuangan tersebut dinamakan prinsip konservatif. Menurut Watts (dalam Indrayati, 2010) akuntansi konservatif bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak. Manfaat akuntasi konservatif tersebut dikembangkan lebih jauh oleh Lafond dan Watts (dalam Diantimala, 2008) yang menjelaskan bahwa laporan keuangan yang konservatif dapatmenghindari konflik kepentingan antara investor dan kreditor.
            Karena sifat akuntansi konservatif yang cukup rumit tersebut, manajer akuntansi dalam menjalankan tugasnya akan dibantu oleh manajemen eksekutif atau fungsi audit intern (IAF). Manajemen eksekutif merupakan pemimpin bagi perusahaan, sehingga segala tindakan yang dibuat manajemen eksekutif akan menjadi panutan bagi para bawahannya terutama jika tindakan manajemen eksekutif tersebut sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat pada perusahaan.  Mayer et all (dalam Arel, Beaudion, & Cianci, 2012) mencontohkan jika akuntan diberi tanggung jawab untuk mencatat aya-ayat jurnal atas transaksi-transaksi yang melibatkan perusahaan, para akuntan akan cenderung untuk meniru perilaku manajemen eksekutif.
            Berbeda dengan manajemen eksekutif, audit internal mungkin bukan merupakan pemimpin utama perusahaan. Namun, audit internal memiliki fungsi yang sangat penting bagi perusahaan. Menurut Mulyadi (dikutip oleh Afrianiswara, 2010) menyatakan bahwa audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara menyajikan analisis penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen. Sedangkan Institute of Internal Auditors (dalam Afrianiswara, 2010) mendefinisikan audit internal sebagai “Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service in the organization…”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal berfungsi menguji dan mengevaluasi tindakan yang digunakan, serta meninjau pembukuan laporan keuangan. Penelitian yang ditulis Prawitt et al (dikutip oleh Arel, Beaudoin, & Cianci, 2012) menyebutkan kualitas tinggi IAF dapat memperkuat dan memberikan bimbingan bagi pengambilan keputusan dengan memantau pengendalian internal dan tindakan manajemen. Lebih lanjut lagi, Prawitt et all (2009) juga mencontohkan akuntan mungkin ragu-ragu untuk merekam jurnal entri jika akuntan tersebut tahu bahwa auditor intern kemungkinan akan mendeteksi dan mempertanyakan kualitas laporan keuangan yang telah mereka buat.
            Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kepemimpinan etis dan audit intern dapat bersama-sama dalam mempengaruhi pengambilan keputusan pelaporan keuangan. Penelitian ini akan menggunakan akuntan professional dimana kepemimpinan etis dan fungsi audit internal (IAF) di kondisikan dalam situasi lemah maupun kuat. Reaksi dari akuntan professional yang diteliti tersebut akan diamati untuk mengetahui apakah kepemimpinan etis dan fungsi audit intern memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan oleh akuntan professional.
           
1.2       Rumusan Masalah
            Karena di dalam menyajikan laporan keuangan manajer keuangan harus menggunakan prinsip konservatisme, maka manajer keuangan membutuhkan bimbingan dari manajer eksekutif dan audit intrern untuk menghindari kesalahan dalam pembuatan laporan keuangan. Kepemimpin etis dari manajer eksekutif dan fungsi audit intern yang besar di perusahaan menyebabkan manajer keuangan mau tidak mau harus mengikuti perintah mereka dalam pembuatan laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1.      Apakah kepemimpinan etis mempengaruhi pengambilan keputusan pelaporan keuangan?
2.      Apakah fungsi audit internal mempengaruhi pengambilan keputusan pelaporan keuangan?

1.3       Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Menganalisis pengaruh kepemimpinan etis terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan.
2.      Menganalisis pengaruh fungsi audit intern (IAF) terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan.

1.4       Manfaat Penelitian
            Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagai berbagai pihak, diantaranya:
1.      Bagi akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refensi, dan sumber pengetahuan bagi kalangan akademik. Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah perilaku keorganisasiaan dan laporan keuangan. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh lagi di penelitian selanjutnya.
2.      Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak perusahaan sehingga dapat lebih baik lagi dalam pengambilan keputusan pelaporan keuangan.

`1.5       Sistematika Penulisan
              Berikut adalah sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
              BAB I     :      Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat yang didapat dari penelitian untuk pihak-pihak terkait serta sistematika penulisan.
BAB II    :       Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi landasan teori dan konsep apa yang akan digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian, penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam pembentukan hipotesis, kerangka pemikiran yang akan menjelaskan mengenai garis besar penelitian ini, dan pengembangan hipotesis yang digunakan di penelitian ini.
BAB III  :       Metode Penelitian
Bab ini berisi variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel dalam penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data yang digunakan di penelitian.
BAB IV  :       Hasil dan Analisis
Bab ini berisi penggambaran objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian.
BAB V   :        Penutup
                        Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, kelemahan di
                        dalam penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

 







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Landasan Teori
2.1.1    Teori Kepemimpinan
            Terdapat berbagai macam pengertian kepemimpinan menurut para ahli. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan memegang peranan penting bagi setiap organisasi baik itu organisasi dengan orientasi profit maupun organisasi dengan orientasi non-profit. Salah satu faktor penentu kesuksesan di suatu organisasi adalah kepemimpinan. Sehingga konsep kepemimpinan sampai sekarang masih sering dikembangkan.
            Kepemimpinan didefinisikan oleh Robbins (2006:432) sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Sedangkan menurut Sweeney dan McFarlin (dikutip oleh Wibowo 2011) kepemimpinan diartikan bahwa kepemimpinan melibatkan seperangkat proses pengaruh antar orang. Proses tersebut bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan visi masa depan, dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
            Selain itu, menurut Hasibuan (dalam Agustina, 2009) kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Kepemimpinan menekankan adanya hubungan dua pihak, yaitu pemimpin dan yang dipimpin atau pengikut.
2.      Terjadi pola interaksi di antara pemimpin dengan pengikut.
3.      Dalam pola interaksi yang terjadi di antara pemimpin dengan pengikut, pemimpin mempengaruhi perilaku para pengikut.
4.      Proses pemimpin mempengaruhi pengikutnya ini dilakukan agar para pengikut melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin atau tujuan yang telah disepakati bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.
5.      Tujuan yang ingin dicapai oleh peimpin dan pengikutnya ialah tujuan organisasi.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang kepada satu atau sekelompok orang dimana seseorang tersebut mampu mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran tertentu.
            Menurut Robbins (2006:464) fondasi kepemimpinan adalah kepercayaan, yaitu pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan melalui kata, tindakan, atau keputusan bertindak secara oportunistik. Ketika para pengikut mempercayai pemimpin, mereka akan sensitive terhadap tindakan si pemimpin serta percaya kepada pemimpin bahwa hak-hak dan kepentingan mereka tidak akan disalahgunakan.
Robbins (2006, 433-451) mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan di dalam teori kepemimpinan:
1.      Teori Ciri Kepribadian
Teori ciri kepribadian adalah teori-teori yang mengkaji cirri-ciri dan karakteristik pribadi yang membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Terdapat enam karakter untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin, yaitu ambisi dan semangat, hasrat untuk memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam teori ini yaitu (1) tidak terdapat ciri-ciri universal yang memperkirakan kepemimpinan dalam semua situasi, (2) ciri-ciri memperkirakan perilaku lebih dalam situasi yang “lemah” daripada dalam situasi yang “kuat”, (3) bukti tidak jelas dalam memisahkan penyebab dari akibat, dan (4) tidak selalu berarti bahwa pemimin itu harus berhasil membuat kelompoknya mencapai sasaran-sasarannya.
2.      Teori Perilaku Kepemimpinan
Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku khusus pemimpin dari bukan pemimpin.
3.      Teori kontinjensi
Teori kontinjensi pertama kali diperkenalkan oleh Fieldr. Dalam teori ini dikemukakan sebagai teori bahwa kelompok-kelompok efektif tergantung pada penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan dan tingkat dimana situasi tertentu memberikan kendali dan pengaruh ke pemimpin itu.
Untuk bisa menjadi pemimpin, dibutuhkan serangkaian proses. Bennis dalam Hitt (dikutip oleh Purnama 2005) mengemukakan bahwa proses menjadi pemimpin identik dengan proses menjadi manusia seutuhnya, diantaranya:
1.      Kepemimpinan pada umumnya didefinisikan sebagai suatu pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan bertindak secara sukarela menuju pencapaian tujuan kelompok.
2.      Pengaruh ini ditimbulkan melalui hubungan pribadi yang efektif antara pemimpin dan pengikut. Hubungan ini akan mendongkrak pengikut menjadi pribadi yang lebih baik.
3.      Bagi seorang pemimpin agar dapat menyelaraskan pengikut menjadi pribadi yang lebih baik, pemimpin haru berada pada “level keadaan yang lebih baik” dari pengikutnya.
4.      Dengan level keadaan yang lebih baik berarti pemimpin memiliki kematangan secara psikologis. Derajat kmampuan pemimpin menciptakan hubungan yang mendorong pertumbuhan pengikut sebagai pribadi yang terpisah merupakan ukuran pertumbhan psikologis.
5.      Pemimpin yang matang kepribadiannya adalah orang yang berfungsi sepenuhnya. Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menggunakan semua kemampuan yang telah dibentuk menjadi suatu kesatuan.
                                            
2.1.2    Teori Kelembagaan Lama (Old-institutinal theory)
            Teori kelembagaan atau instutional theory dapat didefinisikan Rinaldi (dalam Widyawati, 2012) sebagai teori yang menjelaskan tentang bagaimana suatu perusahaan berkembang dan bertahan ketika berada dalam linkungan yang kompetitif yang penuh dengan para pesaing, serta mempelajari bagaimana cara perusahaan untuk memuaskan stakeholder. Teori kelembagaan muncul disebabkan karena adanya rasa ketidakpuasan dan rasa tidak percayaan tehadap teori neoklasik. Hasibuan (dikutip oleh Santoso, 2008) menyatakan bahwa inti pokok aliran ekonomi kelembagaan adalah melihat ilmu ekonomi dengan satu kesatuan ilmu social, seperti psikologi, sosiologi, politik, antropologi, sejarah, dan hukum. Terdapat dua teori yang berkaitan dengan teori kelembagaan ini yaitu teori kelembagaan lama (old institutional theory) dan teori kelembagaan baru (new institutional theory). Di dalam teori kelembagaan lama, Louis (dalam Widyawati, 2012) mempercayai bahwa masyarakat mengidentifikasi suatu organisasi berdasar norma dan nilai yang dianut organisasi tersebut. Old institutional theory menurut Burn (dikutip oleh Widyawati, 2012) digunakan untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana sesuatu dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang lama dalam suatu organisasi. Selznick (dalam Widyawati, 2012) juga mendefinisikan institusionalisasi, yaitu proses dimana suatu norma dan nilai sosial tersebut dikenalkan dan diadopsi kedalam suatu sistem organisasi.

2.1.3    Teori Belajar Sosial
            Teori belajar sosial pertama kali dikembangkan oleh Albert Bandura (1986) dimana teori belajar sosial ini didapat atas eksperimennya yang diberi nama eksperimen Bobo Doll. Menurut Albert Bandura, eksperimen ini menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Di teori belajar sosial juga terdapat model deterministic resipkoral yaitu perilaku, person, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, faktor perilaku mempengaruhi lingkungan, factor person mempengaruhi perilaku.
            Menurut berbagai sumber yang didapat mengenai teori belajar sosial, dapat disimpulkan Bandura dalam teori belajar sosial mengemukakan pendapat bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Lebih jauh lagi, terdapat dua jenis pengamatan di teori belajar sosial yaitu:
1.      Pembelajaran melalui pengamatan yang diperoleh dari hasil pengamatan atas situasi yang diperoleh oleh orang lain.
2.      Pembelajaran yang diperoleh dari suatu figur, meskipun figur tersebut belum tentu membawa sikap positif untuk orang lain.
Selain di teori belajar sosial dijelaskan bahwa manusia melakukan proses belajar-mengajar bukan karena stimulus melainkan karena meniru dan mengamati  orang ain, teori belajar sosial juga menjelaskan mengenai bagaimana seseorang belajar melalui keadaan di sekitarnya. Menurut Bandura (dikutip oleh Stapa, Ismail, & Yusuf, 2012) masyarakat yang mendefinisikan tugas dan peranan remaja serta norma-norma yang berkaitan dengan tingkah laku.  Lebih jauh lagi, Bandura (dalam Stapa, Ismail, & Yusuf, 2012) mengatakan manusia pula akan membentuk perasaan, nilai, dan tingkah laku melalui pemerhatian terhadap apa yang dilakukan oleh ahli masyarakatnya.

2.1.4    Etika Kepemimpinan
Etika adalah sebuah cabang filsafat mngenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidunya (Awatara, 2011). Etika dalam kepemimpinan dikaitkan dengan bagaimana cara pemimpin dapat memimpin pengikutnya dengan tetap mengindahkan kaidah, nilai, dan norma yang berlaku di masyarakat. Di dalam hal ini, etika akan menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan dalam suatu organisasi. Kepemimpinan seorang manajer dapat dikatakan baik jika manajer tersebut dapat menjalankan etika. Etika kepemimpinan dapat terwujud jika:
1.      Pemimpin memiliki sifat jujur kepada pengikutnya.
2.      Pemimpin dapat dipercaya oleh para pengikutnya sehingga pengikutnya akan merasa aman didekat si pemimpin.
3.      Memiliki hubungan yang positif kepada pengikutnya.
4.      Dapat menerima saran dan kritik yang diberikan oleh pengikutnya.
5.      Dapat menilai dan memahami kinerja para pengikutnya.
6.      Dapat bertanggung jawab terhadap semua tugas yang dibebankan dengan cara menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
7.      Memiliki sifat adil, kritis, rendah hati, dan hormat kepada diri sendiri dan orang lain.

2.1.5    Fungsi Audit Internal (Intern Audit Function)
            Menurut Konsorsium Organisasi profesi Audit Internal, Standar Profesi Audit Internal (dalam Annisa, 2012) menyatakan bahwa audit intern adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang indefenden dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance. Fungsi audit intern dalam Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam buku Standar Profesi Audit Internal (dikutip oleh Annisa, 2012) menyatakan terdapat beberapa fungsi audit intern, yaitu:
1.      Evaluasi pengelolaan risiko
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan konstribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.
2.      Evaluasi pengendalian
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisien, dan efektivitas pengendalian tersebut, serat mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.
3.      Evaluasi proses governance
Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan. Dan selain itu audit intern harus mengevaluasi rancangan, implementasi, da efektivitas dari kegiatan, program, dan sasaran organisasi yang berhubungan dengan etika. 

2.1.6    Pengambilan Keputusan Pelaporan Keuangan
            Laporan keuangan adalah hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi di dalam suatu perusahaan dimana transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat financial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan (Saraswati, 2012). Menurut Djarwanto (dalam Saraswati, 2012) terdapat tiga bentuk laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh perusahaan secara umum, yaitu:
1.      Neraca
Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digunakan sebagai gambaran potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (snapshoot keuangan perusahaan), yang meliputi asset sumber daya perusahaan dan klaim atas asset tersebut meliputi utang dan saham pribadi. Asset perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber dana atau keputusan pendanaan di masa lalu. Dengan demikian, neraca adalah menampilkan keseimbangan antara keputusan investasi dengan keputusan pendanaan.
2.      Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapshoot maka laporan laba rugi hanya mencakup kegiatan operasioal perusahaan dalam suatu periode tertentu saja.
3.      Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai aliran kas yang masuk maupun keluar bersih pada suatu periode waktu yang merupakan hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasional, investasi, dan pendanaan.
Laporan keuangan harus dapat menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Dengan neraca, pihak-pihak yang berkepeningan terhadap laporan keuangan dapat membuat keputusan strategi-strategi apa yang akan diambil untuk keberhasilan perusahaan. Dengan laporan laba-rugi, perusahaan dapat melihat prospek perusahaan tersebut di masa depan. Sedangkan dengan laporan arus kas, dapat digunakan sebagi referensi bagi para pemakai laporan keuangan untuk dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan apakah kinerja tersebut bersifat baik atau buruk. Begitu juga dengan laporan arus kas, yang akan membantu memudahkan para pengguna laporan keuangan memahami laporan keuangan dengan baik sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat.

2.2       Penelitian Terdahulu
Di Mancanegara dan Indonesia, penelitian yang meneliti mengenai etika kepemimpinan dan fungsi audit intern terhadap pengambilan keputusan laporan keuangan masih sangat jarang dilakukan, terutama penelitian yang membahas etika kepemimpinan. Sementara untuk penelitian yang membahas mengenai fungsi audit internal, penelitian yang telah dilakukan hanya sebatas mengaitkan peranan fungsi audit internal pada pengendalian internal maupun pengungkapan kelemahan material . Dengan kata lain, penelitian yang mengaitkan pengaruh fungsi audit internal terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan juga sebenarnya masih jarang dilakukan.
Yang pertama jurnal acuan dalam penelitian ini yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Arel, Beaudoin & Cianci (2012) yang menguji “impact of ethical leadership and the internal audit function on financial reporting decisions”. Sampel dari penelitian ini adalah tujuh puluh delapan akuntan yang berpengalaman (dua belas eksekutif keuangan, lima puluh empat manajer keuangan, dan dua belas staf keuangan) dengan rata-rata 21,65 tahun pengalaman kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan etis dan IAF dapat secara bersamaan mempengaruhi keputusan akuntan. Para profesional akuntansi akan kurang bersedia mempertanyakan kelayakan laporan keuangan pada saat situasi IAF kuat dan kepempinan etis yang lemah.
Schneider dan Wilner (dikutip oleh Arel, Beaudoian & Cianci, 2012) melakukan tes audit untuk mencegah penyimpangan pelaporan keuangan menggunakan teknik respon acak, dimana hasilnya bahwa kehadiran fungsi audit intern adalah penghalang untuk ketidakteraturan pelaporan keuangan dalam kasus potensi pelanggaran GAAP.
Kemudian penelian yang telah diuji oleh D’Aquilla (1998) dalam Arel, Beaudoin, & Cianci (2012) yang berjudul “is the control environment related to financial reporting decisions? telah menyimpulkan bahwa organisasi yang menumbuhkan keputusan etis memiliki dampak yang signifikan terhadap keputusan pelaporan keuangan. Percobaan dilakukan dengan mengambil sampel anggota AICPA dan menguji efek individu dan kelompok dalam dukungan manajemen senior untuk keputusan etis, pelaksanaan kode etik, dan tindakan yang tidak menciptakan tekanan untuk mencapai target kinerja jangka pendek, untuk kecenderungan melaporkan informasi keuangan.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada sampel dan lokasi penelitian yang digunakan, dimana penelitian ini menggunakan lima puluh akuntan professional dengan pengalaman kerja minimal lima tahun dan lokasi penelitian yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Selain itu, pada penelitian terdahulu, intensitas moral masih dikaitkan di dalam penelitian. Sementara untuk penelitian ini, intensitas moral tidak akan dibahas karena intensitas moral merupakan bagian dari etika kepemimpinan. Intensitas moral akan mengikuti etika kepemimpinan. Jika etika kepemimpinannya baik, maka intensitas moralnya juga akan baik, sedangkan jika etika kepemimpinannya rendah, maka intensitas moralnya juga rendah.

2.3       Kerangka Pemikiran
Dalam menyajikan laporan keangan, seorang akuntan harus menggunakan prinsip konservatisme agar terhindar dari laporan keuangan yang menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan. Hal ini menyebabkan seorang akuntan pada saat melakukan pengambilan keputusan laporan keuangan harus dibimbing dan didampingi oleh manajer eksekutif dan audit internal. Dengan dibimbing oleh manajer eksekutif dan auditor internal, diharapkan akuntan tidak akan mengalami keraguan saat pengambilan keputusan laporan keuangan. Manajer eksekutif karena merupakan pemimpin bagi perusahaan akan menjadi panutan bagi para akuntan dalam mencatat ayat-ayat jurnal atas transaksi-transaksi yang melibatkan perusahaan. Sementara audit internal memiliki fungsi  untuk mencegah kecurangan yang ditimbulkan pada saat pengambilan keputusan laporan keuangan.
2.4       Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis mengenai etika kepemimpinan dan fungsi audit internal terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

2.4.1    Pengaruh Etika Kepemimpinan terhadap Pengambilan Keputusan Laporan
Keuangan
Dalam Hodge et all (dikutip oleh Arel, Beaudoin, & Cianci, 2012), dilema etika umum terjadi bagi karyawan tingkat yang lebih rendah dalam bisnis. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh budaya dimana dikatakan bahwa karyawan sering diminta untuk mengikuti instruksi dan perintah dari atasan mereka.
Bahkan terdapat beberapa kasus yang menunjukkan kegagalan yang terdapat pada suatu perusahaan diakibatkan oleh karyawan yang mencatat transaksi-transaksi pada jurnal sesuai permintaan atasannya. Jadi ketika atasan mereka meminta para karyawan tersebut untuk memanipulasi laporan keuangan, maka karyawan yang merupakan bawahan akan cenderung untuk mengikuti perintah atasan, walaupun hal tersebut sebenarnya bertentangan dengan norma dan etika yang ada di masyarakat. Contohnya pada kasis HealthSouth (dalam Arel, Beaudoin, & Cianci, 2012), etika kepemimpinan yang rendah telah memberikan konstribusi terhadap keengganan karyawan mempertanyakan keputusan pelaporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.
Sedangkan jika etika kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan tinggi, maka karyawan cenderung untuk mempercayai atasannya karena karyawan akan merasa bahwa atasan mampu untuk menerapkan norma dan nilai masyarakat di dalam perusahaan. Dalam melakukan pekerjaan laporan keuangan pun, karyawan tidak akan merasa terbebani karena merasa bahwa apa yang mereka kerjakan bisa diterima oleh masyarakat luas karena tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis pertama yang diajukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Etika kepemimpinan memiliki pengaruh positif terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan.

2.4.2        Pengaruh Fungsi Audit Internal (IAF) terhadap Pengambilan Keputusan Pelaporan Keuangan
Menurut Arel, Beaudoin, & Cianci (2012) kekuatan atau kualitas pada fungsi audit internal (IAF) akan memberikan kontribusi bagi lingkungan pengendalian yang jelas berbeda tergantung pada kekuatan kepemimpinan etis dalam suatu organisasi. Fungsi audit internal merupakan pihak yang membantu perusahaan untuk memastikan bahwa pengendalian internal pada laporan keuangan berjalan secara efektif tanpa terdapat kecurangan sehingga dapat diperoleh laporan keuangan yang akurat.
Dengan adanya fungsi audit internal, jika atasan meminta karyawan untuk memanipulasi laporan keuangan dan mengubah transaksi-transaksi yang terdapat pada jurnal, maka para karyawan tersebut akan cenderung merasa bahwa apa yang diminta oleh atasan mereka kurang etis dan bertentangan dengan prosedur pengendalian internalal. Sehingga dapat disimpulkan jika terdapat fungsi audit internal yang memantau tindakan para karyawan, maka karyawan tidak akan mengikuti instruksi atasan atau pemimpin mereka jika instruksi pemimpin mereka tidak sesuai dengan etika yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kedua yang diajukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2 : Fungsi audit internal (IAF) memiliki pengaruh positif terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan.























BAB III
METODE PENELITIAN

3.1       Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
            Penelitian ini meneliti tentang etika kepemimpinan, fungsi audit intern, dan pengambilan keputusan pelaporan keuangan. Terdapat dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Etika kepemimpinan dan fungsi audit intern merupakan variabel independen karena merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan pengambilan keputusan laporan keuangan, merupakan variabel dependen karena merupakan variabel yang dipengaruhi.

3.2       Popoulasi dan Sampel Penelitian
3.2.1    Populasi Penelitian
            Populasi di dalam penelitian ini adalah semua akuntan yang bekerja di perusahaan manufaktur di kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Penelitian ini berfokus pada perusahaan manufaktur karena di kota Semarang, perusahaan manufaktur jumlahnya sangat banyak dibandingkan dengan perusahaan dagang maupun perusahaan jasa.
3.2.2    Sampel Penelitian
            Sampel untuk penelitian ini adalah 45 orang akuntan professional yang terdiri dari 15 orang eksekutif keuangan, 15 orang manajer keuangan dan 15 orang staff keuangan, dengan syarat:
1.      Sampel dalam penelitian ini adalah akuntan professional yang bekerja pada perusahaan manufaktur di kota Semarang.
2.      Sampel dalam penelitian ini memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun.
Pemilihan sampel tersebut berdasarkan atas tanggung jawab pembuatan laporan keuangan dan wewenang pengambilan keputusan pelaporan keuangan dipegang oleh akuntan professional yang terdiri dari eksekutif keuangan, manajer keuangan, dan staf keuangan.

3.3.      Jenis dan Sumber Data
            Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data primer dimana data diperoleh tidak lewat perantara melainkan langsung dari sumbernya. Dengan kata lain, responden akan menjadi sumber langsung dari penelitian. Sementara sumber data dalam penelitian berasal dari akuntan professional yang berada di kota Semarang dan memiliki pengalaman kerja minimal lima tahun, yang telah mengisi kuesioner penelitian

3.4       Metode Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu akuntan professional yang terdiri dari 15 orang eksekutif keuangan, 15 orang manajer keuangan, dan 15 orang staf keuangan. Hal tersebut dikarenakan untuk memperoleh informasi dari sampel penelitian sehubungan dengan hal-hal yang mereka ketahui dan sesuai dengan keadaan responden.
Kuesioner yang dibuat akan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama akan berisi informasi-informasi umum berkaitan dengan keadaan responden yang meliputi biodata responden. Dan bagian kedua akan berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan topic penelitian yaitu etika kepemimpinan, fungsi audit internal, dan pengambilan keputusan laporan keuangan.
Karena pada penelitian terdahulu kuesioner tidak dilampirkan, maka dalam penelitian ini akan dibuat kuesioner baru yang relevan dengan topik pada penelitian ini. Kuesioner akan diuji coba sebelum disebar ke responden  atau dengan kata lain menggunakan pilot test sehingga kesalahpahaman yang timbul akibat pertanyaan di kuesioner akan terhindar. Kuesioner kemudian akan disebar secara langsung kepada responden dan responden akan diberi petunjuk pengisian kuesioner dengan harapan kesalahan dalam pengisian kuesioner akan berkurang. Kuesioner yang sudah diisi oleh responden kemudian akan diseleksi agar angket yang tidak lengkap dan tidak sesuai dengan petunjuk pengisian tidak ikut dalam analisis penelitian.
Responden dalam menjawab kuesioner akan menggunakan skala likert, karena yang akan diukur dalam penelitian ini adalah sikap, pendapat, dan persepsi seseorang mengenai keadaan sosial. Skala penilaian dari 1 hinga 5 untuk menjawab pertanyaan dari sangat tidak mungkin sampai dengan jawaban sangat mungkin. Responden hanya perlu memberikan tanda silang ke jawaban yang akan dipilih. Berikut adalah gambaran penilaian kuesioner di dalam penelitian ini.

Penilaian Kuesioner
STM
TM
N
M
SM
1
2
3
4
5
           
            Keterangan:
            STM    = Sangat Tidak Mungkin
            TM      = Tidak Mungkin
            N         = Netral
            M         = Mungkin
            SM      = Sangat Mungkin

3.5       Metode Analisis
3.5.1    Statistik Deskriptif
            Menurut Ghozali (dalam Kusumastuti, 2012), statistik deskriptif dijelaskan dapat memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum.
            Statistika deskripi pada penelitian ini digunakan dengan tujuan memberikan informasi mengenai data responden. Dengan statistika deskriptif, data kuesioner yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan tidak membuat kesimpulan umum. Untuk melakukan perhitungan data pada statistik parametrik dan non-parametrik, penelitian ini akan menggunakan software peranti lunak Statistical Package for Social Sciences 17 (SPSS 17).
3.5.2    Uji Kualitas Data
            Karena metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, maka diperlukan uji kualitas data untuk mengetahui keabsahan kuesioner dan keseriusan responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner sehingga hasil pada penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Uji kualitas data pada penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas.
3.5.2.1 Uji Validitas
            Untuk mengukur keabsahan kuesioner, uji validitas diperlukan pada penelitian ini. Jika kuesioner dapat menggambarkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut, kuesioner tersebut dapat dikatakan valid. Cara untuk mengukur validitas di penelitian ini adalah dengan menghitung korelasi antara pertanyaan pada kuesioner dengan skor pertanyaan. Dengan membandingkan r yang terdapat pada tabel dan r hitung dengan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS), maka kuesioner dapat dikatakan valid jika:
1.      r hitung > r tabel, dengan tingkat signifikan 0,05 atau 5%, maka kuesioner tersebut dikatakan valid.
2.      r hitung <  r tabel, dengan tingkat signifikan 0,05 atau 5%, maka kuesioner tersebut dikatakan tidak valid.
3.5.2.2 Uji Reliabilitas
            Jika jawaban yang terdapat di kuesioner yang diberikan responden tersebut stabil dari waktu ke waktu, maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliable. Sebaliknya jika missal jawaban yang diberikan oleh responden tersebut tidak stabil dari satu jawaban ke jawaban lain, maka kuesioner tersebut dikatakan tidak reliable. Faktor yang mempengaruhi kestabilan jawaban responden di penelitian ini adalah keseriusan responden dalam menjawab semua pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang diberikan.

3.5.3    Uji Kontras
            Karena penelitian ini bersifat terencana, maka uji kontras perlu digunakan dalam penelitian ini. Uji kontras dapat disebut sebagai Uji-F terencana karena pertanyaan-pertanyaan pada penelitian ini dirancang secara spesifik.  Uji kontras ini dapat dikelompokkan menjadi Metode Ortogonal Kontras (MOK) dan Metode Ortogonal Kontras Polinomial (MOP).
3.5.3.1 Metode Ortogonal Kontras (MOK)
            Metode Ortogonal Kontras (MOK) digunakan untuk membandingkan dua variabel independen antar grup yang telah direncanakan. Metode Ortogonal Kontras (MOK) dihitung dengan cara menjumlahkan hasil kali dari koefisien-koefisien keda variabel independen, dan hasil dari perhitungan dua variabel independen tersebut adalah sama dengan 0 (nol).
3.5.3.2 Metode Ortogonal Kontras Polinomial (MOP)
            Metode Ortogonal Kontras Polinomial (MOP) atau biasa disebut dengan perbandingan kecendrungan (trend comparison) digunakan untuk menguji hubungan antara etika kepemimpinan dan fungsi auditor intern (IAF) terhadap pengambilan keputusan pelaporan keuangan pada percobaan yang mempunyai faktor tunggal. Metode Ortogonal Kontras Polinomial didapat dari fungsi linier yang berdasarkan fungsi kuadratik, kubik, kuartik, dan seterusnya.

3.5.4    Uji ANOVA (Analysis of Variance)
            Uji ANOVA pada penelitian ini dibutuhkan karena terdapat dua sampel yang akan diuji perbedaan rata-ratanya. Suatu penelitian menggunakan uji ANOVA jika:
1.      Populasi yang diuji memiliki distribusi normal.
2.      Populasi yang diuji memiliki varians yang sama.
3.      Tidak terdapat hubungan antara satu sampel dengan sampel .

















DAFTAR PUSTAKA

 

Afrianiswara, E. I. (2010). Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Internal Kredit Investasi oada PT. Bank X.
Agustina, R. (2009). Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kreativitas Karyawan: Analisis Pengaruh Mediasi Pemikiran Kreatif dan Motivasi Instrinsi pada Karyawan di Industri Media.
Annisa. (2012). Pengaruh Fungsi Audit Intern terhadap Pengendalian Intern Proses Produksi.
Arel, B., Beaudoin, C. A., & Cianci, A. M. (2012). The Impact of Ethical Leadership and the Internal Audit Function. Journal of Business Ethics , 109 (3), 351-366.
Asyari, A. A., Prihatni, R., & Gurendrawati, E. (2013). The Effect of Earnings Management on Accounting Conservatism Moderated by Corporate Governance Mechanism. Jurnal Ilmiah  Wahana Akuntansi , 8 (1), 52-79.
Awatara, I. G. (2011). Peran Etika Lingkungan dalam Memoderasi Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Berwawasan Lingkungan terhadap Kinerja Karyawan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Ekosains , 3 (2), 105-120.
Budiasih, I. G. (n.d.). Peranan Konservatisme Pada Information Asymmetry:Suatu Tinjauan Teoretis.
Diantimala, Y. (2008). Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan, dan Default Risk terhadap Koefisien Respon Laba (ERC). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi , 1 (1), 102-122.
Kusumastuti, N. R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Akuntansi dengan Perilaku tidak Etis sebagai Variabel Intervening.
Purnama, N. (2005). Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi Keefektifan. Edisi Khusus JSB On Human Resources , 115-130.
Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Gramedia.
Santoso, P. B. (2008). Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan , 9(1), 46-60.
Saraswati, R. A. (2012). Peranan Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Prinsip 5C Calon Debitur dan Pengawas Kredit terhadap Efektivitas Pembelian Kredit pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung. Jurnal Nominal , 1 (1).
Stapa, Z., Ismail, A. M., & Yusuf, N. (2012). Faktor Persekitaran Sosial dan Hubungannya dengan Pembentukan Jati Diri. Hadhari Special Edition , 155-172.
Wibowo, U. B. (2011). Retrieved from http://staff.uny.ac.id: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C%202011-13%20Teori%20Kepemimpinan.pdf
Widyawati, A. (2012). Konstruksi Sosial Intelellectual Capital: Studi Interpretif atas Keberadaan Intellectual Capital dan Pengungkapan nya pada Bank Jateng.







NB : MOHON UNTUK TIDAK MELAKUKAN COPY-PASTE. PUBLIKASI CONTOH PROPOSAL INI DILAKUKAN SEMATA-MATA HANYA UNTUK MEMBERIKAN CONTOH DAN PENGETAHUAN BAGI PEMBACA AGAR BISA MEMBUAT PROPOSAL DENGAN BAIK

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Contoh metopel yang sangat bagus

Unknown mengatakan...

terima kasih atas contohnya. sangat membantu (y)

Morinda mengatakan...

terimakasih, ini sangat membantu.

Unknown mengatakan...

ijin mengutip sedikit dari teori nya ya, makasih

Unknown mengatakan...

Terimakasih atas contohnya dgn ini saya dgn mudah untuk blajar mmbt proposal dgn baik.